Sedikit catatan, renungan, hobi, musik, puisi, kisah, bahkan pertanyaan sehari-hari mengenai apa saja.
Monday, July 11, 2011
Dream theater - The spirits carries on (live new york 2000)
Music by Dream Theater
Lyrics by John Petrucci
Nicholas:
Where did we come from,
Why all we here?
Where do we go when we die?
What lies beyond
And what lay before?
Is anything certain in life?
They say, "Life is too short,"
"The here and the now"
And "You're only given one shot"
But could there be more,
Have I lived before,
Or could this be all that we've got?
If I die tomorrow
I'd be all right
Because I believe
That after we're gone
The spirit carries on
I used to be frightened of dying
I used to think death was the end
But that was before
I'm not scared anymore
I know that my soul will transcend
I may never find all the answers
I may never understand why
I may never prove
What I know to be true
But I know that I still have to try
If I die tomorrow
I'd be all right
Because I believe
That after we're gone
The spirit carries on
Victoria:
"Move on, be brave
Don't weep at my grave
Because I am no longer here
But please never let
Your memory of me disappear"
Nicholas:
Safe in the light that surrounds me
Free of the fear and the pain
My questioning mind
Has helped me to find
The meaning in my life again
Victoria's real
I finally feel
At peace with the girl in my dreams
And now that I'm here
It's perfectly clear
I found out what all of this means
If I die tomorrow
I'd be all right
Because I believe
That after we're gone
The spirit carries on
Monday, June 20, 2011
Berbuat Baik Tanpa Perencanaan
Oleh Imanuel Kristo
Ketika Anda membaca judul di atas, saya pastikan akan ada begitu banyak komentar yang dimunculkan. Jika “ya” berarti judul yang saya tampilkan mampu membuat Anda bertanya-tanya, membuat Anda penasaran. Dan jika Anda penasaran, saya pastikan kalau Anda akan membaca tulisan ini.
Bukankah merencanakan perbuatan baik itu juga baik-baik saja? Saya tidak pernah mengatakan merencanakan perbuatan baik itu salah. Tetapi, yang hendak saya katakan adalah perbuatan baik itu lahir dari ketulusan, perbuatan baik itu tanpa pamrih, keluar begitu saja dalam bentuk tindakan.
Perbuatan baik itu ke luar dari kedalaman hati kita dan kembali pada kedalaman hati kita. Perbuatan baik yang sejati tidak pernah berpikir untuk mendapatkan balasan. Karena itu, perbuatan baik itu spontan, perbuatan baik itu tanpa perencanaan dan tidak perlu direncanakan. Segala sesuatu yang kita rencanakan pastilah mempunyai tujuan. Seorang pelajar merencanakan jadwal belajar selama masa ulangan umum, tujuan dari semua itu adalah agar dia mendapatkan nilai-nilai yang baik.
Seorang pemuda merencanakan pencapaian dalam lima tahun mendatang untuk pekerjaan yang ditekuninya, tujuan dari semua itu adalah kenaikan jenjang dan pendapatan. Sebuah keluarga merencanakan mengambil cuti tahun depan, mereka mempersiapkan segala sesuatunya, semua itu dilakukan dengan tujuan pada saatnya dapat menikmati waktu cutinya dengan menyenangkan.
Dengan demikian hati-hatilah dengan merencanakan perbuatan baik, salah-salah perbuatan baik itu bukan lagi menjadi perbuatan baik yang tulus. Bukan tidak mungkin di balik perbuatan baik yang kita rencanakan sesungguhnya kita sedang berharap mendapatkan sesuatu bagi diri kita sendiri dan demi kepentingan kita sendiri.
Merencanakan perbuatan baik supaya kita mendapat, semakin kita merencanakan semakin berharap mendapatkan lebih dari perbuatan baik. Jika kita melakukan perbuatan baik yang demikian, kita tidak pernah mendapatkan makna apa-apa dari dalamnya.
Perbuatan baik yang demikian hanya indah tampak luarnya, namun sesungguhnya tidak ada bedanya dengan sebuah kejahatan. Kita berbuat baik bagi seseorang, tetapi sesungguhnya itu dilakukan demi untuk diri kita sendiri.
Sekali waktu seorang murid bertanya kepada gurunya: “Guru dapatkah engkau menjelaskan tentang perbuatan baik, seperti apakah itu?”. Mendengar pertanyaan demikian, sang guru menjawab:
“Engkau bertanya tentang berbuat baik, tanyakanlah pada hatimu sendiri! Perbuatan baik jika dilakukan selalu akan mendatang kan ketenangan jiwa, tetapi sebaliknya perbuatan jahat jika dikerjakan senantiasa akan menghadirkan keresahan dan kegelisahan dalam hatimu”.
Marilah memulai perbuatan baik tanpa perencanaan, spontan, dan tanpa pamrih apa-apa. Kita melakukannya saat itu, tetapi juga sekaligus melupakannya pada saat yang sama.
Sumber Tulisan: Suara Pembaruan, Sabtu, 18 Juni 2011.
Sumber Foto: http://allabouthim.info/wp-content/uploads/2010/11/Giving-Bible-Verses-Hands-in-need-r.jpg
Ketika Anda membaca judul di atas, saya pastikan akan ada begitu banyak komentar yang dimunculkan. Jika “ya” berarti judul yang saya tampilkan mampu membuat Anda bertanya-tanya, membuat Anda penasaran. Dan jika Anda penasaran, saya pastikan kalau Anda akan membaca tulisan ini.
Bukankah merencanakan perbuatan baik itu juga baik-baik saja? Saya tidak pernah mengatakan merencanakan perbuatan baik itu salah. Tetapi, yang hendak saya katakan adalah perbuatan baik itu lahir dari ketulusan, perbuatan baik itu tanpa pamrih, keluar begitu saja dalam bentuk tindakan.
Perbuatan baik itu ke luar dari kedalaman hati kita dan kembali pada kedalaman hati kita. Perbuatan baik yang sejati tidak pernah berpikir untuk mendapatkan balasan. Karena itu, perbuatan baik itu spontan, perbuatan baik itu tanpa perencanaan dan tidak perlu direncanakan. Segala sesuatu yang kita rencanakan pastilah mempunyai tujuan. Seorang pelajar merencanakan jadwal belajar selama masa ulangan umum, tujuan dari semua itu adalah agar dia mendapatkan nilai-nilai yang baik.
Seorang pemuda merencanakan pencapaian dalam lima tahun mendatang untuk pekerjaan yang ditekuninya, tujuan dari semua itu adalah kenaikan jenjang dan pendapatan. Sebuah keluarga merencanakan mengambil cuti tahun depan, mereka mempersiapkan segala sesuatunya, semua itu dilakukan dengan tujuan pada saatnya dapat menikmati waktu cutinya dengan menyenangkan.
Dengan demikian hati-hatilah dengan merencanakan perbuatan baik, salah-salah perbuatan baik itu bukan lagi menjadi perbuatan baik yang tulus. Bukan tidak mungkin di balik perbuatan baik yang kita rencanakan sesungguhnya kita sedang berharap mendapatkan sesuatu bagi diri kita sendiri dan demi kepentingan kita sendiri.
Merencanakan perbuatan baik supaya kita mendapat, semakin kita merencanakan semakin berharap mendapatkan lebih dari perbuatan baik. Jika kita melakukan perbuatan baik yang demikian, kita tidak pernah mendapatkan makna apa-apa dari dalamnya.
Perbuatan baik yang demikian hanya indah tampak luarnya, namun sesungguhnya tidak ada bedanya dengan sebuah kejahatan. Kita berbuat baik bagi seseorang, tetapi sesungguhnya itu dilakukan demi untuk diri kita sendiri.
Sekali waktu seorang murid bertanya kepada gurunya: “Guru dapatkah engkau menjelaskan tentang perbuatan baik, seperti apakah itu?”. Mendengar pertanyaan demikian, sang guru menjawab:
“Engkau bertanya tentang berbuat baik, tanyakanlah pada hatimu sendiri! Perbuatan baik jika dilakukan selalu akan mendatang kan ketenangan jiwa, tetapi sebaliknya perbuatan jahat jika dikerjakan senantiasa akan menghadirkan keresahan dan kegelisahan dalam hatimu”.
Marilah memulai perbuatan baik tanpa perencanaan, spontan, dan tanpa pamrih apa-apa. Kita melakukannya saat itu, tetapi juga sekaligus melupakannya pada saat yang sama.
Sumber Tulisan: Suara Pembaruan, Sabtu, 18 Juni 2011.
Sumber Foto: http://allabouthim.info/wp-content/uploads/2010/11/Giving-Bible-Verses-Hands-in-need-r.jpg
Tuesday, June 14, 2011
DONGENG
Waktu SD, saya senang sekali mendengarkan dongeng, baik yang diceritakan ibu/bapak guru di sekolah maupun yang dikisahkan oleh kedua orangtua saya. Selain itu, saya juga gemar membaca dongeng atau cerita-cerita legenda dari majalah anak-anak ataupun buku-buku fiksi anak. Ketika itu, ayah saya berlangganan sebuah majalah anak agar bisa saya baca selagi senggang di rumah. Alasannya, biar saya tidak keluyuran main di luar rumah hehehehe...
Ketika SMP, saat itu sandiwara radio sedang booming. Tentu Anda ingat judul-judul sandiwara radio berikut ini: Saur Sepuh, Tutur Tinular, Mahkota Mayangkara, Naga Sasra dan Sabuk Inten, Kaca Benggala, Karmapala, Babad Tanah Leluhur, Misteri Gunung Merapi, Misteri Nini Pelet, dan sebagainya.Ketika layar televisi belum familiar di tengah-tengah masyarakat, sandiwara radio menjadi hiburan yang mengasyikkan, apalagi kisah-kisahnya sangat lokal atau diadaptasi dengan budaya bangsa Indonesia.
Pernah ketika masih duduk di SMP, ayah saya mengajak menonton film “Saur Sepuh” di sebuah bioskop. Saat itu, film tersebut sedang heboh, sehingga kami kebagian tempat duduk paling depan, pas depan layar, sehingga kami harus memicingkan mata. Bahkan, ada penonton yang rela duduk di karpet lantai bioskop. Hingga sekarang pun, aku masih suka dongeng atau cerita-cerita fiksi. Jika mendengar suatu dongeng, rasanya seperti dibuai, dibawa ke awang-awang, ke negeri antah berantah, bahkan berimajinasi bagai seorang pahlawan, manusia super, dan sebagainya.
Karena suka dengan hal-hal yang berbau fiksi, kadang aku susah sekali membedakan mana yang realitas dan mana yang nonrealitas alias khayalan. Pernah aku berkhayal tentang sebuah rumah mewah bertingkat dua, yang aku pernah lihat di suatu perjalanan. Andaikan aku memliki rumah itu, tentu sangat sukacitanya hidup ini. Hm, mudah-mudahan aku tidak tersesat oleh imajinasi tinggi karena buaian-buaian yang menggoda akibat seringnya mendengarkan dongeng. Apalagi yang menjanjikan hal-hal bisa mengubah diriku menjadi seorang pemenang, manusia super alias superman, bahkan aku takkan pernah kalah dan jatuh.
Bukankah cukup mensyukuri hidup ini apa adanya, aku sudah memenangi hidupku? Bukankah dengan menghadapi hidupku apa adanya aku sudah menjalankan kodratku? Ah, melihat hidup orang lain ibarat kita melihat sebuah rumah mewah dari luar pagar rumah. Walaupun rumah itu kelihatan mewah, kita tidak tahu isi yang ada di dalamnya. Belum tentu di situ berisi barang-barang mahal dan berguna. Bisa jadi rumah itu hanya rumah kosong dan berdebu. Namun, apabila kita melihat rumah kita sendiri, bukankah kita bebas memasukinya? Merasa nyaman walaupun tidur di atas tikar, walaupun hanya petak tiga. Hm, indah bukan?
Sumber foto: http://morfis.files.wordpress.com/2011/03/al-magnus1.jpg?w=600&h=560
Ketika SMP, saat itu sandiwara radio sedang booming. Tentu Anda ingat judul-judul sandiwara radio berikut ini: Saur Sepuh, Tutur Tinular, Mahkota Mayangkara, Naga Sasra dan Sabuk Inten, Kaca Benggala, Karmapala, Babad Tanah Leluhur, Misteri Gunung Merapi, Misteri Nini Pelet, dan sebagainya.Ketika layar televisi belum familiar di tengah-tengah masyarakat, sandiwara radio menjadi hiburan yang mengasyikkan, apalagi kisah-kisahnya sangat lokal atau diadaptasi dengan budaya bangsa Indonesia.
Pernah ketika masih duduk di SMP, ayah saya mengajak menonton film “Saur Sepuh” di sebuah bioskop. Saat itu, film tersebut sedang heboh, sehingga kami kebagian tempat duduk paling depan, pas depan layar, sehingga kami harus memicingkan mata. Bahkan, ada penonton yang rela duduk di karpet lantai bioskop. Hingga sekarang pun, aku masih suka dongeng atau cerita-cerita fiksi. Jika mendengar suatu dongeng, rasanya seperti dibuai, dibawa ke awang-awang, ke negeri antah berantah, bahkan berimajinasi bagai seorang pahlawan, manusia super, dan sebagainya.
Karena suka dengan hal-hal yang berbau fiksi, kadang aku susah sekali membedakan mana yang realitas dan mana yang nonrealitas alias khayalan. Pernah aku berkhayal tentang sebuah rumah mewah bertingkat dua, yang aku pernah lihat di suatu perjalanan. Andaikan aku memliki rumah itu, tentu sangat sukacitanya hidup ini. Hm, mudah-mudahan aku tidak tersesat oleh imajinasi tinggi karena buaian-buaian yang menggoda akibat seringnya mendengarkan dongeng. Apalagi yang menjanjikan hal-hal bisa mengubah diriku menjadi seorang pemenang, manusia super alias superman, bahkan aku takkan pernah kalah dan jatuh.
Bukankah cukup mensyukuri hidup ini apa adanya, aku sudah memenangi hidupku? Bukankah dengan menghadapi hidupku apa adanya aku sudah menjalankan kodratku? Ah, melihat hidup orang lain ibarat kita melihat sebuah rumah mewah dari luar pagar rumah. Walaupun rumah itu kelihatan mewah, kita tidak tahu isi yang ada di dalamnya. Belum tentu di situ berisi barang-barang mahal dan berguna. Bisa jadi rumah itu hanya rumah kosong dan berdebu. Namun, apabila kita melihat rumah kita sendiri, bukankah kita bebas memasukinya? Merasa nyaman walaupun tidur di atas tikar, walaupun hanya petak tiga. Hm, indah bukan?
Sumber foto: http://morfis.files.wordpress.com/2011/03/al-magnus1.jpg?w=600&h=560
Friday, June 10, 2011
Mama Don't You Cry
I fight the tears since you've been gone
And I stand in fear, can I make it on my own
Without your love to guide me thru my life
It's so cold at night without you here
And those gentle arms that held me close and dear
Oh we're all the same, we all live and die
You'll always be in my heart, oh Mama don't you cry
You'll always live in my dreams, oh Mama don't you cry
Every night when I close my eyes
I see a light and shadows of your face
It's always there like an angel over me
So many frozen years hangin' on my wall
A thousand words, I can hear them call
Oh I tried so hard but I could never say goodbye
You'll always be in my heart, oh Mama don't you cry
You'll always live in my dreams, oh Mama don't you cry
No one can kiss away the pain like you
No one like Mama, no one like you
You'll always be in my heart, oh Mama don't you cry
You'll always live in my dreams, oh Mama don't you cry
You'll always be in my heart, oh Mama don't you cry, don't you cry
You'll always live in my dreams, in my dreams, Oh Mama don't you cry, Oh Mama don't you cry
(Diambil dari: http://www.lyricstime.com/steelheart-mama-don-t-you-cry-lyrics.html)
Monday, June 6, 2011
Hukuman versus Ampunan
Aku baru punya satu anak, perempuan, dan umurnya sekarang 3 setengah tahun. Anakku ini sangat aktif. Dia hampir tak bisa diam. Dia diam biasanya kalau sedang tidur. Anakku ini punya kebiasaan melonjak-lonjak (gerakan meloncat ke atas dengan kedua belah kaki bersama-sama) di atas tempat tidur. Selain itu, di rumah opung (mertua saya), ada deretan bangku-bangku untuk para tamu. Dia suka sekali naik ke bangku-bangku itu dan berjalan dari satu bangku ke bangku yang lain.
Selain khawatir apabila terjatuh atau terjungkal ke lantai, kebiasaan anakku ini sangat membuat kesal dan marah istri saya. Setiap kali dia melakukan kebiasaannya, istriku langsung melarang dan menasihati dia. Namun, dia tidak pernah mendengar dan terus asyik dengan kegiatannya. Akhirnya, istriku pun mengambil keputusan untuk memberikan hukuman (tentu saja dengan persetujuanku) apabila anakku itu melakukan kebiasaannya.
Hukuman yang diberikan adalah berdiri di sudut kamar atau ruangan dengan hanya satu kaki, sedangkan kaki yang satunya lagi harus dia angkat. Kemudian kedua tangannya harus memegang telinga kiri dan kanan secara bersilang. Ketika melakukan hukuman ini, anakku akan menangis sejadi-jadinya. Hukuman akan selesai kalau dia berhenti menangis dan berjanji tidak akan mengulangi kebiasaannya..
Namun, apa yang terjadi? Meskipun sudah dihukum, anakku itu tetap melakukan kebiasannya apabila ada kesempatan. Hukuman pun diberlakukan bagi dia jika melakukan hal yang sudah kami larang itu. Demikian seterusnya hingga dia tidak kapok-kapok. Akhirnya, kami frustrasi dan bingung harus bagaimana lagi.
Suatu saat, aku berbincang-bincang dengan istriku untuk mengatasi masalah ini. Setelah kami menyadari bahwa memberinya hukuman tidak akan menyelesaikan masalah, kami pun berusaha memaklumi anak kami yang aktif itu. Karena sebenarnya, anak kami itu tidak tahu apa yang dilakukannya. Bagi dia, melonjak-lonjak dan naik ke atas bangku adalah hal yang menyenangkan. Akan tetapi, bagi kami, itu bisa berbahaya bagi dirinya.
Kami akan mencoba cara lain, yaitu mengampuni semua tindakannya yang selama ini kami larang, karena kami tahu bahwa anak kami itu tidak tahu apa yang dilakukannya. Kami akan berusaha mendidik dia dengan kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Kami akan menerima dia apa adanya walupun ada hal-hal yang dilakukannya tidak kami sukai. Tidak ada lagi hukuman, yang ada adalah cinta kasih orangtua kepada anaknya.
Sumber foto: luciamery.blogspot.com
Monday, April 4, 2011
Trick Cold Reading
Pada suatu hari Minggu, saya diajak oleh kerabat saya pergi ke sebuah gereja untuk beribadah di sana. Ruangan gereja itu begitu megah, layaknya sebuah hall konser musik, dilengkapi peralatan musik full band dan full multimedia. Tidak ketinggalan layar lebar terpampang di depan panggung, sehingga jemaat yang duduk di belakang bisa melihat jelas situasi di atas panggung.
Usai kebaktiaan dan para jemaat pulang, saya memperhatikan ada beberapa jemaat yang sedang didoakan oleh sang pendeta. Saya lalu perhatikan lebih saksama ketika pendeta itu mendoakan salah seorang jemaat. Caranya, pendeta itu memegang bahu orang tersebut atau memegang kepalanya, serta pendeta itu berdoa dekat sekali dengan orang tersebut, bahkan hingga mendekati telinga.
Ketika selesai berdoa, orang tersebut menangis, entah menangis sedih atau terharu, bahkan ada juga jemaat yg sampai jatuh berlutut. Setelah selesai, saya bertanya ada apa? Orang itu bilang bahwa apa yg didoakan pendeta tersebut hampir, bahkan sesuai dengan kehidupannya. Pendeta itu juga bernubuat tentang apa yang akan dialami orang tersebut pada masa depan. Padahal, orang itu baru pertama kali ke gereja itu dan pertama kali didoakan serta belum pernah bertemu sebelumnya dengan pendeta itu. Dan teman-temannya yang mengajak ke situ pun sama sekali tidak menceritakan perihal kehidupannya kepada pendeta itu. Saya jadi bertanya-tanya, kok bisa begitu ya? Aneh bin ajaib, sakti juga nih pendeta bisa mengetahui latar belakang seseorang walau hanya sekali bertemu, bahkan meramal tentang nasibnya. Tetapi dalam hati saya, hal ini pasti ada penjelasan logisnya.
Akhirnya, setelah bertanya ke narasumber yang dapat dipercaya, serta melakukan "riset" kecil-kecilan, saya menemukan juga jawabannya. Saya menduga, apa yang dilakukan oleh pendeta itu adalah teknik Cold Reading.Saya tidak tahu apakah pendeta itu memang sengaja menggunakan trick teknik itu atau tidak. Namun, dari hasil pengamatan saya, ada dugaan trick cold reading itulah yang dilakukannya.
Apa itu Cold Reading? Cold Reading adalah sebuah metode yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang seseorang yang belum dikenalnya. Istilah “dingin” di sini mengacu pada suatu situasi di mana “pembaca” tidak mengetahui informasi apa pun mengenai orang yang sedang dibaca. Caranya, yaitu mengucapkan kalimat umum, lalu biarkan pendengar menafsirkannya sendiri secara khusus. Teknik Cold Reading ini biasanya digunakan oleh penulis horoskop/ramalan bintang, tukang ramal, dukun, tukang sulap, atau para ilusionis atau mentalis. Sebenarnya, siapa pun bisa melakukan ini. Bahkan, seorang playboy/buaya darat/hidung belang, menggunakan teknik ini untuk mendekati lawan jenis yg belum dikenalnya.
Kembali ke soal pendeta tadi. Berikut ini adalah contoh kalimat yang diucapkan:
1. “Allah tahu bahwa engkau menyesalinya, namun selalu melakukannya lagi karena tidak berdaya menghadapi cengkeraman dosa.”
Orang yang mendengar kalimat tersebut tentu akan mengaitkannya dengan kondisi dirinya. Misalnya, pecandu masturbasi langsung menafsirkan bahwa yang dimaksudkan pendeta itu adalah kecanduan masturbasinya. Pendusta akan menafsirkannya sebagai kebiasaannya membual. Koruptor akan menafsirkannya sebagai kebiasaannya korupsi, dan sebagainya.
2. “Aku tahu beberapa saat yang lalu engkau baru saja dikecewakan oleh orang yang sangat kau sayangi. Percayalah, Tuhan tidak akan melakukan hal demikian padamu.”
Ketika mendengar ucapan tersebut, siapa pun langsung mengaitkannya dengan kehidupan pribadinya. Semua orang pasti pernah dikecewakan. Kalimat “Beberapa saat yang lalu”, bisa diartikan tadi/barusan, kemarin, minggu lalu, bulan lalu, beberapa bulan yang lalu, tahun lalu, beberapa tahun yang lalu, dll. Kemungkinan itu bisa kapan saja di masa lalu. Kemudian, kalimat “Orang yang sangat kau sayangi”, artinya apabila tidak menyayangi, mustahil merasa dikecewakan bukan? Kalau tidak menyayangi, tidak akan dikecewakan, bukan?
3. “Allah punya rencana yang BESAR bagi Anda! Bla..bla...bla.....”
Ini adalah kalimat nubuatan/ramalan tentang orang yang didoakan. Ketika mendengar kalimat ini, si pendengar akan teringat terus (bahkan hal ini perlu dicatat di kertas, di handphone, dll, lalu disimpan baik-baik, bahkan ada sesi khusus di mana kegiatan mendoakan itu direkam di kaset sehingga sewaktu-waktu bisa didengarkan). Bertahun-tahun kemudian, si pendengar ada yang menjadi pendeta top dan sukses. Dia lalu bersaksi bahwa kemasyhurannya sudah dinubuatkan oleh pendeta tersebut. Ada yang menjadi pengusaha besar dan bersaksi bahwa kesuksesannya sudah dinubuatkan oleh pendeta tersebut, dsb.
Di dalam Alkitab, kisah Cold Reading pun bisa kita temukan. Salah satu yang paling terkenal adalah kisah Saul dan dukun perempuan En-Dor. Dukun perempuan itu sama sekali tidak melihat TUHAN (Elohim). Dia hanya membual menggunakan teknik cold reading. Yuk, kita baca dan pahami kisahnya berikut ini:
1 Samuel 28 5-20
28: 5 Ketika Saul melihat tentara Filistin itu, maka takutlah ia dan hatinya sangat gemetar.
28: 6 Dan Saul bertanya kepada TUHAN, tetapi TUHAN tidak menjawab dia, baik dengan mimpi, baik dengan Urim, baik dengan perantaraan para nabi.
28:7 Lalu berkatalah Saul kepada para pegawainya: "Carilah bagiku seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah; maka aku hendak pergi kepadanya dan meminta petunjuk kepadanya." Para pegawainya menjawab dia: "Di En-Dor ada seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah."
28:8 Lalu menyamarlah Saul, ia mengenakan pakaian lain dan pergilah ia dengan dua orang. Ketika mereka pada waktu malam sampai kepada perempuan itu, berkatalah Saul: "Cobalah engkau menenung bagiku dengan perantaraan arwah, dan panggillah supaya muncul kepadaku orang yang akan kusebut kepadamu."
28:9 Tetapi perempuan itu menjawabnya: "Tentu engkau mengetahui apa yang diperbuat Saul, bahwa ia telah melenyapkan dari dalam negeri para pemanggil arwah dan roh peramal. Mengapa engkau memasang jerat terhadap nyawaku untuk membunuh aku?"
28:10 Lalu bersumpahlah Saul kepadanya demi TUHAN, katanya: "Demi TUHAN yang hidup, tidak akan ada kesalahan tertimpa kepadamu karena perkara ini."
28:11 Sesudah itu bertanyalah perempuan itu: "Siapakah yang harus kupanggil supaya muncul kepadamu?" Jawabnya: "Panggillah Samuel supaya muncul kepadaku."
28:12 Ketika perempuan itu melihat Samuel, berteriaklah ia dengan suara nyaring. Lalu perempuan itu berkata kepada Saul, demikian: "Mengapa engkau menipu aku? Engkau sendirilah Saul!"
28:13 Maka berbicaralah raja kepadanya: "Janganlah takut; tetapi apakah yang kaulihat?" Perempuan itu menjawab Saul: "Aku melihat sesuatu yang ilahi muncul dari dalam bumi."
28:14 Kemudian bertanyalah ia kepada perempuan itu: "Bagaimana rupanya?" Jawabnya: "Ada seorang tua muncul, berselubungkan jubah." Maka tahulah Saul, bahwa itulah Samuel, lalu berlututlah ia dengan mukanya sampai ke tanah dan sujud menyembah.
28:15 Sesudah itu berbicaralah Samuel kepada Saul: "Mengapa engkau mengganggu aku dengan memanggil aku muncul?" Kata Saul: "Aku sangat dalam keadaan terjepit: orang Filistin berperang melawan aku, dan Allah telah undur dari padaku. Ia tidak menjawab aku lagi, baik dengan perantaraan nabi maupun dengan mimpi. Sebab itu aku memanggil engkau, supaya engkau memberitahukan kepadaku, apa yang harus kuperbuat."
28:16 Lalu berbicaralah Samuel: "Mengapa engkau bertanya kepadaku, padahal TUHAN telah undur dari padamu dan telah menjadi musuhmu?
28:17 TUHAN telah melakukan kepadamu seperti yang difirmankan-Nya dengan perantaraanku, yakni TUHAN telah mengoyakkan kerajaan dari tanganmu dan telah memberikannya kepada orang lain, kepada Daud.
28:18 Karena engkau tidak mendengarkan suara TUHAN dan tidak melaksanakan murka-Nya yang bernyala-nyala itu atas Amalek, itulah sebabnya TUHAN melakukan hal itu kepadamu pada hari ini.
28:19 Juga orang Israel bersama-sama dengan engkau akan diserahkan TUHAN ke dalam tangan orang Filistin, dan besok engkau serta anak-anakmu sudah ada bersama-sama dengan daku. Juga tentara Israel akan diserahkan TUHAN ke dalam tangan orang Filistin."
28:20 Pada saat itu juga rebahlah Saul memanjang ke tanah sebab ia sangat ketakutan oleh karena perkataan Samuel itu. Juga tidak ada lagi kekuatannya, karena sehari semalam itu ia tidak makan apa-apa.
Oiya, ini adalah salah satu contoh lagi trick cold reading. Anda tahu Presiden SBY? Coba perhatikan ketika beliau berpidato. Bukankah itu teknik cold reading? Beliau hanya mengemukakan hal-hal yang umum saja, selanjutnya terserah kita-kita ini yang menafsirkan... hehehehe.... :p Click to Blogsvertise
Sumber foto: www.hubpages.com
Usai kebaktiaan dan para jemaat pulang, saya memperhatikan ada beberapa jemaat yang sedang didoakan oleh sang pendeta. Saya lalu perhatikan lebih saksama ketika pendeta itu mendoakan salah seorang jemaat. Caranya, pendeta itu memegang bahu orang tersebut atau memegang kepalanya, serta pendeta itu berdoa dekat sekali dengan orang tersebut, bahkan hingga mendekati telinga.
Ketika selesai berdoa, orang tersebut menangis, entah menangis sedih atau terharu, bahkan ada juga jemaat yg sampai jatuh berlutut. Setelah selesai, saya bertanya ada apa? Orang itu bilang bahwa apa yg didoakan pendeta tersebut hampir, bahkan sesuai dengan kehidupannya. Pendeta itu juga bernubuat tentang apa yang akan dialami orang tersebut pada masa depan. Padahal, orang itu baru pertama kali ke gereja itu dan pertama kali didoakan serta belum pernah bertemu sebelumnya dengan pendeta itu. Dan teman-temannya yang mengajak ke situ pun sama sekali tidak menceritakan perihal kehidupannya kepada pendeta itu. Saya jadi bertanya-tanya, kok bisa begitu ya? Aneh bin ajaib, sakti juga nih pendeta bisa mengetahui latar belakang seseorang walau hanya sekali bertemu, bahkan meramal tentang nasibnya. Tetapi dalam hati saya, hal ini pasti ada penjelasan logisnya.
Akhirnya, setelah bertanya ke narasumber yang dapat dipercaya, serta melakukan "riset" kecil-kecilan, saya menemukan juga jawabannya. Saya menduga, apa yang dilakukan oleh pendeta itu adalah teknik Cold Reading.Saya tidak tahu apakah pendeta itu memang sengaja menggunakan trick teknik itu atau tidak. Namun, dari hasil pengamatan saya, ada dugaan trick cold reading itulah yang dilakukannya.
Apa itu Cold Reading? Cold Reading adalah sebuah metode yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang seseorang yang belum dikenalnya. Istilah “dingin” di sini mengacu pada suatu situasi di mana “pembaca” tidak mengetahui informasi apa pun mengenai orang yang sedang dibaca. Caranya, yaitu mengucapkan kalimat umum, lalu biarkan pendengar menafsirkannya sendiri secara khusus. Teknik Cold Reading ini biasanya digunakan oleh penulis horoskop/ramalan bintang, tukang ramal, dukun, tukang sulap, atau para ilusionis atau mentalis. Sebenarnya, siapa pun bisa melakukan ini. Bahkan, seorang playboy/buaya darat/hidung belang, menggunakan teknik ini untuk mendekati lawan jenis yg belum dikenalnya.
Kembali ke soal pendeta tadi. Berikut ini adalah contoh kalimat yang diucapkan:
1. “Allah tahu bahwa engkau menyesalinya, namun selalu melakukannya lagi karena tidak berdaya menghadapi cengkeraman dosa.”
Orang yang mendengar kalimat tersebut tentu akan mengaitkannya dengan kondisi dirinya. Misalnya, pecandu masturbasi langsung menafsirkan bahwa yang dimaksudkan pendeta itu adalah kecanduan masturbasinya. Pendusta akan menafsirkannya sebagai kebiasaannya membual. Koruptor akan menafsirkannya sebagai kebiasaannya korupsi, dan sebagainya.
2. “Aku tahu beberapa saat yang lalu engkau baru saja dikecewakan oleh orang yang sangat kau sayangi. Percayalah, Tuhan tidak akan melakukan hal demikian padamu.”
Ketika mendengar ucapan tersebut, siapa pun langsung mengaitkannya dengan kehidupan pribadinya. Semua orang pasti pernah dikecewakan. Kalimat “Beberapa saat yang lalu”, bisa diartikan tadi/barusan, kemarin, minggu lalu, bulan lalu, beberapa bulan yang lalu, tahun lalu, beberapa tahun yang lalu, dll. Kemungkinan itu bisa kapan saja di masa lalu. Kemudian, kalimat “Orang yang sangat kau sayangi”, artinya apabila tidak menyayangi, mustahil merasa dikecewakan bukan? Kalau tidak menyayangi, tidak akan dikecewakan, bukan?
3. “Allah punya rencana yang BESAR bagi Anda! Bla..bla...bla.....”
Ini adalah kalimat nubuatan/ramalan tentang orang yang didoakan. Ketika mendengar kalimat ini, si pendengar akan teringat terus (bahkan hal ini perlu dicatat di kertas, di handphone, dll, lalu disimpan baik-baik, bahkan ada sesi khusus di mana kegiatan mendoakan itu direkam di kaset sehingga sewaktu-waktu bisa didengarkan). Bertahun-tahun kemudian, si pendengar ada yang menjadi pendeta top dan sukses. Dia lalu bersaksi bahwa kemasyhurannya sudah dinubuatkan oleh pendeta tersebut. Ada yang menjadi pengusaha besar dan bersaksi bahwa kesuksesannya sudah dinubuatkan oleh pendeta tersebut, dsb.
Di dalam Alkitab, kisah Cold Reading pun bisa kita temukan. Salah satu yang paling terkenal adalah kisah Saul dan dukun perempuan En-Dor. Dukun perempuan itu sama sekali tidak melihat TUHAN (Elohim). Dia hanya membual menggunakan teknik cold reading. Yuk, kita baca dan pahami kisahnya berikut ini:
1 Samuel 28 5-20
28: 5 Ketika Saul melihat tentara Filistin itu, maka takutlah ia dan hatinya sangat gemetar.
28: 6 Dan Saul bertanya kepada TUHAN, tetapi TUHAN tidak menjawab dia, baik dengan mimpi, baik dengan Urim, baik dengan perantaraan para nabi.
28:7 Lalu berkatalah Saul kepada para pegawainya: "Carilah bagiku seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah; maka aku hendak pergi kepadanya dan meminta petunjuk kepadanya." Para pegawainya menjawab dia: "Di En-Dor ada seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah."
28:8 Lalu menyamarlah Saul, ia mengenakan pakaian lain dan pergilah ia dengan dua orang. Ketika mereka pada waktu malam sampai kepada perempuan itu, berkatalah Saul: "Cobalah engkau menenung bagiku dengan perantaraan arwah, dan panggillah supaya muncul kepadaku orang yang akan kusebut kepadamu."
28:9 Tetapi perempuan itu menjawabnya: "Tentu engkau mengetahui apa yang diperbuat Saul, bahwa ia telah melenyapkan dari dalam negeri para pemanggil arwah dan roh peramal. Mengapa engkau memasang jerat terhadap nyawaku untuk membunuh aku?"
28:10 Lalu bersumpahlah Saul kepadanya demi TUHAN, katanya: "Demi TUHAN yang hidup, tidak akan ada kesalahan tertimpa kepadamu karena perkara ini."
28:11 Sesudah itu bertanyalah perempuan itu: "Siapakah yang harus kupanggil supaya muncul kepadamu?" Jawabnya: "Panggillah Samuel supaya muncul kepadaku."
28:12 Ketika perempuan itu melihat Samuel, berteriaklah ia dengan suara nyaring. Lalu perempuan itu berkata kepada Saul, demikian: "Mengapa engkau menipu aku? Engkau sendirilah Saul!"
28:13 Maka berbicaralah raja kepadanya: "Janganlah takut; tetapi apakah yang kaulihat?" Perempuan itu menjawab Saul: "Aku melihat sesuatu yang ilahi muncul dari dalam bumi."
28:14 Kemudian bertanyalah ia kepada perempuan itu: "Bagaimana rupanya?" Jawabnya: "Ada seorang tua muncul, berselubungkan jubah." Maka tahulah Saul, bahwa itulah Samuel, lalu berlututlah ia dengan mukanya sampai ke tanah dan sujud menyembah.
28:15 Sesudah itu berbicaralah Samuel kepada Saul: "Mengapa engkau mengganggu aku dengan memanggil aku muncul?" Kata Saul: "Aku sangat dalam keadaan terjepit: orang Filistin berperang melawan aku, dan Allah telah undur dari padaku. Ia tidak menjawab aku lagi, baik dengan perantaraan nabi maupun dengan mimpi. Sebab itu aku memanggil engkau, supaya engkau memberitahukan kepadaku, apa yang harus kuperbuat."
28:16 Lalu berbicaralah Samuel: "Mengapa engkau bertanya kepadaku, padahal TUHAN telah undur dari padamu dan telah menjadi musuhmu?
28:17 TUHAN telah melakukan kepadamu seperti yang difirmankan-Nya dengan perantaraanku, yakni TUHAN telah mengoyakkan kerajaan dari tanganmu dan telah memberikannya kepada orang lain, kepada Daud.
28:18 Karena engkau tidak mendengarkan suara TUHAN dan tidak melaksanakan murka-Nya yang bernyala-nyala itu atas Amalek, itulah sebabnya TUHAN melakukan hal itu kepadamu pada hari ini.
28:19 Juga orang Israel bersama-sama dengan engkau akan diserahkan TUHAN ke dalam tangan orang Filistin, dan besok engkau serta anak-anakmu sudah ada bersama-sama dengan daku. Juga tentara Israel akan diserahkan TUHAN ke dalam tangan orang Filistin."
28:20 Pada saat itu juga rebahlah Saul memanjang ke tanah sebab ia sangat ketakutan oleh karena perkataan Samuel itu. Juga tidak ada lagi kekuatannya, karena sehari semalam itu ia tidak makan apa-apa.
Oiya, ini adalah salah satu contoh lagi trick cold reading. Anda tahu Presiden SBY? Coba perhatikan ketika beliau berpidato. Bukankah itu teknik cold reading? Beliau hanya mengemukakan hal-hal yang umum saja, selanjutnya terserah kita-kita ini yang menafsirkan... hehehehe.... :p Click to Blogsvertise
Sumber foto: www.hubpages.com
Thursday, March 24, 2011
Aku Jatuh Cinta (Lanjutan)
Diskusi mengenai catatanku yang kedua di FB kok makin melebar saja nih, hehehe..... Sebenarnya catatanku yg berjudul "Aku Jatuh Cinta" esensinya adalah supaya kita lebih mendekatkan diri kepada Allah, yaitu dengan mengasihi-Nya dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap akal budi kita. Itulah cara yang benar karena Alkitab mengajarkan hal yang demikian. Kita bisa menolaknya, tapi kita tak bisa menyangkal apa yang ada di Alkitab. Di sini aku tidak membicarakan tentang orang yang belum percaya. Namun, bagaimana kita yang sudah percaya menjalani kehidupan kita sesuai dengan firman Tuhan, yaitu Alkitab. Aku juga tidak mempertanyakan keimanan seseorang, karena iman itu adalah urusan pribadi dia dengan Allah. Mungkin akan lebih mudah jika aku kasih contoh ilustrasinya.
1. Suatu ketika, Agus ingin sekali punya mobil Honda Jazz. Ia beriman dan berdoa tekun sekali mengharapkan mobil impiannya itu terkabul. Hingga bertahun-tahun, impiannya tak pernah terwujud. Akhirnya ia sedih, karena ia merasa ada yang salah dalam dirinya. Apakah aku kurang beriman? Apakah aku terlalu berdosa? Padahal, hal-hal perbuatan baik telah aku lakukan, pergi ke gereja aku rajin, memberi pun aku tekun. Apa lagi yang kurang?
2. Suatu ketika, Agus yang tinggal di suatu kompleks perumahan, melihat tetangga-tetangganya berlomba-lomba merenovasi rumah. Bahkan ada tetangganya yang merenovasi rumahnya hingga bertingkat tiga. Lalu, Agus berpikir, mereka dapat uang dari mana ya kok bisa membangun rumah secepat itu. Mengapa Tuhan begitu baik kepada mereka? Sementara itu, rumahku di pagar saja belum, atapnya bocor, dan temboknya retak-retak. Padahal, aku sudah beriman dan berdoa setiap hari agar Tuhan memberiku rezeki untuk membangun rumah. Apa yang kurang dalam diriku?
Hal yang kurang pada diri Agus adalah dia tidak percaya bahwa Allah Mahakuasa, Maha Pemberi, dsb. Yuk kita baca dan pahami kisah berikut ini:
Markus 4: 35-41
35 Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang."
36 Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia.
37 Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.
38 Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?"
39 Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.
40 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"
41 Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?"
Matius 6: 25-34
25 "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?
26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?
27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?
28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,
29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.
30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?
31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
Ketika kita mengharapkan sesuatu kepada Bapa, berdoalah dan berharap bahwa Dia akan mengabulkan doamu. Namun, jangan menjadikan sesuatu yang diharapkan itu sebagai syarat untuk merasa bahagia. Apabila dikabulkan, bersyukurlah dan berterima kasih, tetapi jangan menjadikan sesuatu yang diharapkan itu sebagai syarat untuk mensyukuri hidupmu.
Bahagiakanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Cintailah diri kita apa adanya karena apa yang sudah kita terima adalah karena kemurahan-Nya bukan karena hasil usaha kita.
Jangan pernah kita tidak percaya kepada-Nya. Ketika kita berdoa, Allah tahu isi hati kita, bahkan ketika tidak sedang berdoa pun Allah tahu isi hati kita. Kok Dia bisa tahu? Jawabannya adalah: Roh Kudus!
Matius 6: 32 .....Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
* Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.
Sumber foto: s493.photobucket.com
Aku jatuh Cinta
Belakangan ini saya sering memperhatikan beberapa status-status di
Facebook, baik punya teman maupun orang lain yang tidak saya kenal yang kebetulan terpantau oleh saya. Ada beberapa status yang cukup menarik yang mungkin saya bisa share-kan, antara lain:
"Malam-malam begini aku teringat padamu...."
"Kekasihku, sedang apa kamu di sana, aku kangen"
"Lagi kangen nih sama si dia yang jauh di sana"
"Aku rindu setengah mati padamu"
"OMG, si dia keren bgt"
"Aku padamu.... (nama sang pacar)"
Mungkin tidak ada yang aneh dengan status-status itu. Hal itu mungkin wajar, kita sebagai manusia mengungkapkan rasa sayang atau kekaguman kita kepada seseorang yang kita cintai. Hal ini tentu mengingatkan memori saya ketika masa-masa berpacaran dengan mantan pacar saya (istri saya maksudnya hehehe...). Saat itu gelora asmara begitu membara, seakan-akan dunia hanya milik berdua (hahaha... ungkapan yang jadul). Pengorbanan, baik materi, fisik, maupun waktu, diberikan tanpa pamrih demi sang kekasih. Saya rasa Anda pasti pernah merasakan hal ini ketika sedang jatuh cinta.
Suatu saat, ada pertanyaan yang timbul di dalam benak saya. Mengapa kita bisa sangat bergejolak hati kepada kekasih atau pasangan kita? Mengapa kita sampai memuji dan mengagumi kekasih atau pasangan kita? Apakah mungkin karena kita dekat dengan si dia? Sering ngobrol bareng, curhat, dan sebagainya sehingga perasaan itu begitu emosional. Lalu, muncul pertanyaan lagi, apakah bisa perasaan yang begitu intens itu kita terapkan untuk Allah? Ya, untuk Tuhan kita jatuh cinta. Mengagumi-Nya, memuji-Nya, memuliakan-Nya, seperti halnya kita mengasihi kekasih atau pasangan kita. Lalu, bagaimankah cara kita mengasihi Allah Bapa di Surga? Yuk, kita lihat ayat berikut ini:
Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. (Matius 22: 37-38)
Ketika memahami ayat di atas, saya jadi teringat dengan beberapa hal yang pernah saya alami. Entah kenapa, sekarang di beberapa kalangan orang Kristen, mengasihi Allah adalah dengan syarat-syarat tertentu. Harus beriman, harus percaya, segala sesuatu diukur dengan iman, dsb. Apakah demikian adanya?
Coba perhatikan kata-kata yang ditebalkan pada ayat di atas! Untuk mengasihi Allah, kita hanya perlu mengasihi-Nya dengan (1) Segenap Hatimu, (2) Segenap Jiwamu, dan (3) Segenap Akal Budimu. Apakah di dalam ayat itu ada tertulis dengan SEGENAP IMANMU?
Keselamatan adalah anugerah, bukan usaha manusia. Meskipun meyakini keselamatan adalah anugerah, kenyataannya ada beberapa kalangan Kristen yang praktik hidupnya masih berprinsip bahwa keselamatan adalah hasil usaha: harus percaya, harus beriman, harus menyembah dengan cara yang benar, harus menyebut nama Allah dengan benar, dan sebagainya. Anugerah adalah pemberian, karunia Allah. Apa susahnya sih, wong kita tinggal terima saja kok. Hal yang mudah kenapa dibuat sulit? Yuk, kita sering ngobrol bareng, curhat, dan intens di dalam Allah dengan segenap hati kita, jiwa kita, dan akal budi kita.
* Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.
Sumber: www.d.peperonity.info
Wednesday, March 9, 2011
Aku Hanya Budak
Biasanya, ketika membaca Alkitab, ada beberapa kisah ataupun ayat yang menarik perhatianku. Berikut ini merupakan salah satunya yang akhirnya membuatku ingin menulis ini:
Lukas 17:7-10 Tuan dan Hamba
7. "Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! 8.Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. 9. Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? 10. Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."
Ketika mamahami kisah di atas, aku jadi menyadari bahwa aku hanyalah seorang hamba (bahasa Yunaninya: doulos yang artinya hamba, budak) yang tak memiliki hak apa pun. Aku tidak berhak mengklaim apa pun terhadap tuan saya. Tuan saya tidak pernah berutang terhadap saya. Justru aku harus bersyukur karena sudah menjadi miliknya. Yang perlu aku kerjakan adalah kewajiban, ya hanya kewajiban yang ditugaskan sebagai hamba.
Siapakah tuan saya? Tuan saya adalah Bapa di Surga. Maafkan aku Bapa, ketika berdoa, aku terlalu banyak menuntut-Mu untuk memberi atau melakukan ini dan itu. Aku ingin punya mobil, aku ingin punya rumah bagus, aku ingin kaya raya, aku ingin sembuh, dan sebagainya. Bahkan, dalam kehidupan sehari-hari, aku kadang “memaksa”-Mu untuk bertindak sesuai kehendakku. Siapakah aku Bapa yang berani-beraninya memerintah diri-Mu? Bukankah sebaliknya?
Kalaupun aku sudah melakukan tugas-tugasku, aku tak boleh mengharapkan pujian ataupun hadiah dari sesama, apalagi dari-Mu. Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan. Itu saja. Segala harapan dan doa-doaku, seiring dengan usaha dan kerja kerasku, aku yakin Bapa mendengar. Kalaupun terkabul, itu adalah karena kemurahan-Mu saja, belas kasihan-Mu kepadaku, bukan karena perbuatanku. Inilah imanku. Simpel sekali. Tidak perlu menengkingi, mengklaim macam- macam, karena Tuhan Yesus sendiri mengajarkan: Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Surga.
*Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.
Sumber foto: www.paintingsilove.com
Subscribe to:
Comments (Atom)






