Monday, June 20, 2011

Berbuat Baik Tanpa Perencanaan

Oleh Imanuel Kristo

Ketika Anda membaca judul di atas, saya pastikan akan ada begitu banyak komentar yang dimunculkan. Jika “ya” berarti judul yang saya tampilkan mampu membuat Anda bertanya-tanya, membuat Anda penasaran. Dan jika Anda penasaran, saya pastikan kalau Anda akan membaca tulisan ini.

Bukankah merencanakan perbuatan baik itu juga baik-baik saja? Saya tidak pernah mengatakan merencanakan perbuatan baik itu salah. Tetapi, yang hendak saya katakan adalah perbuatan baik itu lahir dari ketulusan, perbuatan baik itu tanpa pamrih, keluar begitu saja dalam bentuk tindakan.

Perbuatan baik itu ke luar dari kedalaman hati kita dan kembali pada kedalaman hati kita. Perbuatan baik yang sejati tidak pernah berpikir untuk mendapatkan balasan. Karena itu, perbuatan baik itu spontan, perbuatan baik itu tanpa perencanaan dan tidak perlu direncanakan. Segala sesuatu yang kita rencanakan pastilah mempunyai tujuan. Seorang pelajar merencanakan jadwal belajar selama masa ulangan umum, tujuan dari semua itu adalah agar dia mendapatkan nilai-nilai yang baik.

Seorang pemuda merencanakan pencapaian dalam lima tahun mendatang untuk pekerjaan yang ditekuninya, tujuan dari semua itu adalah kenaikan jenjang dan pendapatan. Sebuah keluarga merencanakan mengambil cuti tahun depan, mereka mempersiapkan segala sesuatunya, semua itu dilakukan dengan tujuan pada saatnya dapat menikmati waktu cutinya dengan menyenangkan.

Dengan demikian hati-hatilah dengan merencanakan perbuatan baik, salah-salah perbuatan baik itu bukan lagi menjadi perbuatan baik yang tulus. Bukan tidak mungkin di balik perbuatan baik yang kita rencanakan sesungguhnya kita sedang berharap mendapatkan sesuatu bagi diri kita sendiri dan demi kepentingan kita sendiri.

Merencanakan perbuatan baik supaya kita mendapat, semakin kita merencanakan semakin berharap mendapatkan lebih dari perbuatan baik. Jika kita melakukan perbuatan baik yang demikian, kita tidak pernah mendapatkan makna apa-apa dari dalamnya.
Perbuatan baik yang demikian hanya indah tampak luarnya, namun sesungguhnya tidak ada bedanya dengan sebuah kejahatan. Kita berbuat baik bagi seseorang, tetapi sesungguhnya itu dilakukan demi untuk diri kita sendiri.

Sekali waktu seorang murid bertanya kepada gurunya: “Guru dapatkah engkau menjelaskan tentang perbuatan baik, seperti apakah itu?”. Mendengar pertanyaan demikian, sang guru menjawab:

“Engkau bertanya tentang berbuat baik, tanyakanlah pada hatimu sendiri! Perbuatan baik jika dilakukan selalu akan mendatang kan ketenangan jiwa, tetapi sebaliknya perbuatan jahat jika dikerjakan senantiasa akan menghadirkan keresahan dan kegelisahan dalam hatimu”.

Marilah memulai perbuatan baik tanpa perencanaan, spontan, dan tanpa pamrih apa-apa. Kita melakukannya saat itu, tetapi juga sekaligus melupakannya pada saat yang sama.

Sumber Tulisan: Suara Pembaruan, Sabtu, 18 Juni 2011.
Sumber Foto: http://allabouthim.info/wp-content/uploads/2010/11/Giving-Bible-Verses-Hands-in-need-r.jpg

No comments:

Post a Comment