Thursday, March 24, 2011

Aku jatuh Cinta


Belakangan ini saya sering memperhatikan beberapa status-status di
Facebook, baik punya teman maupun orang lain yang tidak saya kenal yang kebetulan terpantau oleh saya. Ada beberapa status yang cukup menarik yang mungkin saya bisa share-kan, antara lain:

"Malam-malam begini aku teringat padamu...."
"Kekasihku, sedang apa kamu di sana, aku kangen"
"Lagi kangen nih sama si dia yang jauh di sana"
"Aku rindu setengah mati padamu"
"OMG, si dia keren bgt"
"Aku padamu.... (nama sang pacar)"

Mungkin tidak ada yang aneh dengan status-status itu. Hal itu mungkin wajar, kita sebagai manusia mengungkapkan rasa sayang atau kekaguman kita kepada seseorang yang kita cintai. Hal ini tentu mengingatkan memori saya ketika masa-masa berpacaran dengan mantan pacar saya (istri saya maksudnya hehehe...). Saat itu gelora asmara begitu membara, seakan-akan dunia hanya milik berdua (hahaha... ungkapan yang jadul). Pengorbanan, baik materi, fisik, maupun waktu, diberikan tanpa pamrih demi sang kekasih. Saya rasa Anda pasti pernah merasakan hal ini ketika sedang jatuh cinta.

Suatu saat, ada pertanyaan yang timbul di dalam benak saya. Mengapa kita bisa sangat bergejolak hati kepada kekasih atau pasangan kita? Mengapa kita sampai memuji dan mengagumi kekasih atau pasangan kita? Apakah mungkin karena kita dekat dengan si dia? Sering ngobrol bareng, curhat, dan sebagainya sehingga perasaan itu begitu emosional. Lalu, muncul pertanyaan lagi, apakah bisa perasaan yang begitu intens itu kita terapkan untuk Allah? Ya, untuk Tuhan kita jatuh cinta. Mengagumi-Nya, memuji-Nya, memuliakan-Nya, seperti halnya kita mengasihi kekasih atau pasangan kita. Lalu, bagaimankah cara kita mengasihi Allah Bapa di Surga? Yuk, kita lihat ayat berikut ini:

Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. (Matius 22: 37-38)

Ketika memahami ayat di atas, saya jadi teringat dengan beberapa hal yang pernah saya alami. Entah kenapa, sekarang di beberapa kalangan orang Kristen, mengasihi Allah adalah dengan syarat-syarat tertentu. Harus beriman, harus percaya, segala sesuatu diukur dengan iman, dsb. Apakah demikian adanya?

Coba perhatikan kata-kata yang ditebalkan pada ayat di atas! Untuk mengasihi Allah, kita hanya perlu mengasihi-Nya dengan (1) Segenap Hatimu, (2) Segenap Jiwamu, dan (3) Segenap Akal Budimu. Apakah di dalam ayat itu ada tertulis dengan SEGENAP IMANMU?

Keselamatan adalah anugerah, bukan usaha manusia. Meskipun meyakini keselamatan adalah anugerah, kenyataannya ada beberapa kalangan Kristen yang praktik hidupnya masih berprinsip bahwa keselamatan adalah hasil usaha: harus percaya, harus beriman, harus menyembah dengan cara yang benar, harus menyebut nama Allah dengan benar, dan sebagainya. Anugerah adalah pemberian, karunia Allah. Apa susahnya sih, wong kita tinggal terima saja kok. Hal yang mudah kenapa dibuat sulit? Yuk, kita sering ngobrol bareng, curhat, dan intens di dalam Allah dengan segenap hati kita, jiwa kita, dan akal budi kita.


* Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.

Sumber: www.d.peperonity.info

No comments:

Post a Comment